Memancing Catch And Release ( Tangkap Dan Lepas) Ala Anak-Anak Campalagian
Sekali waktu mendapati tiga orang anak nelayan dalam penelurusan tour Pantai Lapeo, Pantai Gonda, Pantai Labuang, hingga Pantai Palippis. Saat perahu tertambat di perairan Gonda disaat beberapa rekan-rekan peserta tour menikmati snorkling di perairan Pantai Gonda, maka untuk mengisi kekosongan waktu, maka tiga anak nelayan yang berada di buritan perahu mencoba mengisi waktu dengan memancing. Tak berapa lama mereka sudah menarik tali senar pancing dan mendapatkan ikan. Ikan yang pertama adalah jenis ikan karang dengan aneka macam warna, mirip dengan ikan hias yang biasa kita lihat dalam aquarium, lalu seseorang dari mereka berbicara "lepaskang mi, anu ndak dimakan itu,, " hanya mendengarkan sekilas kata-kata itu, tak berapa lama anak lainnya mengangkat tali pancingnya dan mendapatkan ikan berukuran kecil dengan warna sirip kuning dan motif diagonal di sepanjang tubuh ikan, lalu disusul komentar selanjutnya " simpanmi itu, anu dimakan itu, jangan dilepaskan" , lalu sampai pada ikan ketiga yang ditangkap adalah ikan kerapu macan, jenis ikan berkualitas tinggi yang jadi komoditi utama ekspor, ternyata ikan jenis ini, mudah kita temukan di perairan Pantai Gonda, kec. Campalagian, kab. Polman, Sulawesi Barat.
Jenis ikan kedua yang ditangkap di perairan pantai Gonda, desa Laliko, kec. Campalagian, kab. Polewali Mandar (Foto : www.tommuanemandaronline.blogspot.com) |
Apa yang menarik dari metode memancing ramah lingkungan yang dipertunjukkan oleh anak-anak kampung Babatoa adalah mereka telah tahu dengan betul mana jenis ikan yang boleh ditangkap dan dijadikan bahan untuk konsumsi makanan. metode tangkap dan lepas (catch and release) dipahami dan ditunjukkan dengan baik oleh anak-anak nelayan ini. Hal yang seharusnya ada dan dilakukan oleh para pemancing jika masih ingin melihat populasi jumlah ikan yang masih terjaga. Kalau kemudian ikan-ikan yang lebih identik dengan ikan hias ini memang tidak untuk dimakan, paling tidak tindakan tangkap dan lepas mampu meminimalisir tindakan mengeruk sumber daya ikan yang jumlahnya besar di perairan Gonda. Jika ikan-ikan hias ini masih ada maka kedepannya ikan-ikan ini masih akan dapat dinikmati oleh para penggemar wisata snorkeling atau diving di Pantai Gonda.
Untuk jenis ikan kedua yang menjadi komoditas untuk konsumsi anak-anak Babatoa sepertinya sudah paham betul jenis-jenis ikan konsumsi, hal ini tidak mengherankan, karena mereka tumbuh dan besar dengan ekosistem laut yang sehari-harinya mereka temui. Bapak dan Ibu mereka menggantungkan hidup dari laut, membuat perahu, atau menjual ikan, sehingga ragam bentuk jenis ikan sudah jadi sajian yang lumrah.
Teknik memancing yang mereka lakukan terbilang ramah lingkungan, hanya menggunakan seutas tali senar dengan kail berukuran kecil menggunakan umpan yang didapatkan dari pesisir di sekitar Pantai Lapeo, maka jumlah ikan yang dipancing akan cukup untuk konsumsi, jumlahnya tidak berlebihan, dan sesuai untuk kebutuhan konsumsi. Hal ini sesuai dengan isu perikanan dewasa ini yang mencegah penangkapan ikan untuk jenis-jenis tertentu karena diketahui mengancam populasi dan keberadaannya. Ikan-ikan yang juga dalam keadaan bertelur saat ini menjadi isu yang hangat diperbincangkan dan kecenderungan untuk melepaskan ikan-ikan seperti ini.
Kekaguman selalu tercurah pada anak-anak yang masih berumur belia, ketika mereka masih menerapkan metode memancing ramah lingkungan dan lebih paham dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam. Kita tak perlu takut dan khawatir ketika mereka masih menjaga alam dan kesimbangan ekosistem yang ada didalamnya.
Leave a Comment