Menjaga "Pammase" Tetap Ada Di Mampie
Mampie, dusun yang letaknya 11 km dari kota kecamatan Wonomulyo, kab. Polewali Mandar, daerah ini berada di sudut Barat kota Polewali, berada dalam wilayah administrasi desa Galeso. Untuk jarak terbilang jauh dari jalur poros, dengan pemandangan persawahan dan tambak berukuran luas. Daerah Mampie populer dengan pantai wisatanya, pantai Mampie, objek wisata paling terkenal di Polewali Mandar selama beberapa tahun terakhir, hampir semua orang Polewali mungkin mengenal dengan baik objek ini, saat liburan dan akhir pekan pantai Mampie senantiasa ramai dikunjungi.
Mampie di pandangan orang umum mungkin hanya seputar Pantai Mampie, tetapi ternyata bukan itu yang jadi jualan menariknya, hal yang berbeda dari Mampie adalah daerah ini punya daya dukung lingkungan yang sangat baik, mulai dari vegetasi bakau, ragam fauna jenis aves, biota laut yang bervariasi (penyu, kerang). Ragam sajian lingkungan dan alam yang terjaga adalah elemen penting yang potensial untuk jadi tujuan kunjungan wisata.
Untuk soal bakau Mampie punya kawasan yang cukup luas mulai dari daerah di bagian Barat wilayahnya hingga di bagian Timur, hanya saja di bagian Barat jumlahnya tak banyak lagi, semenjak terdapat usaha pengalihfungsian hutan bakau menjadi lahan tambak. Walau di bagian barat terjadi pengurangan jumlah luasan hutan bakau namun masih ada harapan di bagian Timur tak jauh dari muara sungai atau Tanjung Mampie.
Daerah bakau di bagian barat Mampie menyisakan hanya sedikit bakau lokasi tepatnya adalah di sisi kanan jalur masuk menuju bagian pantai Mampie, jejaknya masih tampak jelas saat sore hari akan ada banyak burung bangau yang berterbangan di puncak pohon bakau. Luas hutan bakau di barat dari penilaian mata langsung taklebih dari 5 hektar., dengan bagian-bagian sisi merupakan tambak luaas berisi komoditas ikan bandeng.
Pammase. Tulisan Pammase di lambung perahu kecil jenis Balaq-Balaq di Ujung Tanjung Mampie, dusun Mampie, desa Galeso, kec. Wonomulyo, kab. Polewali Mandar (Foto : Muhammad Tom Andari) |
Untuk daerah bakau di bagian Timur adalah harapan Mampie saat ini, daerah Timur yang merupakan bagian muara sungai Galeso, sungai Matakali, sungai Rea, dan sungai Lantora mulai tampak hijau. Sajian bakau di daerah inilah yang sangat potensial untuk jadi destinasi wisata susur sungai. Dan masa depan pelestarian bakau juga ada di tempat ini, tampak bakau-bakau mungil yang berusia 1-3 tahun berupaya ditumbuhkan oleh warga lokal. Daerah ini yang menjadi kawasan konservasi terbaik yang saat ini dimiliki Mampie, puluhn ribu bakau baru ditanam dengan sajian bakau rimbun berada diantara alur-alur sungai. Saat menelusurinya adalah hal yang paling seru.
Bakau selalu menjadi penyebab adanya kehidupan-kehidupan lain yang berkaitan dengannya. Hutan bakau menjadi habitat bagi fauna seperti ikan, kepiting, kerang dan udang untuk hidup , dan ini yang kemudian hadir di Mampie menjadi pendukung keanekaragaman hayatinya. Untuk soal burung Mampie punya keistimewaan, ia menjadi persinggahan imigrasi burung dari Australia, namun kabarnya sejak luasan hutan bakau di Mampie berkurang jumlah burung yang hadir juga berkurang. Lalu untuk jenis burung lainnya jenis burung Mandar juga banyak ditemukan hidup berterbangan diantara hutan bakau di daerah ini. Untuk jenis burung bangau masih ada banyak, terlihat jelas melintas dan hinggap diantara puncak pohon bakau atau di tengah-tengah tambak ikan/udang.
Bukan hanya soal Bakau, hal lain yang menarik di Mampie adalah kawasan pesisirnya menjadi pusat pendaratan penyu untuk menyimpan telurnya, hanya sayang masyarakat dusun ini belum paham akan pentingnya penyu, mereka mengambil telur penyu dan menjualnya, padahal, kelestarian makhluk purba dan sajian biota laut yang satu ini adalah elemen magnet paling baik untuk menarik wisatawan pendukung atraksi wisata selain pantai Mampie. Kawasan pantai barat Mampie yang halus kadang menjadi lokasi favorit penyu untuk bertelur. Dan hingga saat ini, penyu masih jadi makhluk yang asing di Mampie, hanya sedikit orang yang peduli akan keberlangsungan hidup hewan yang terancam langka ini. Seorang pemuda di Mampie, Muhammad Yusri, cukup peduli akan penyu, ia merawat penyu yang sakit di kolong rumahnya sebelum dilepaskan ke laut lepas, ia juga membesarkan tukik dari telur, hingga berukuran cukup dewasa kemudian ia lepas ke lautan, hal ini ia lakukan sendiri secara swadaya tanpa bantuan pemerintah.
Bagian utama dusun Mampie adalah daerah pantai, dan muara sungai Mampie, daerah ini sekilas masih asri, dan alami, jauh dari pusat keramaian kota, namun dengan fasilitas listrik yang baik. Dukungan alam dan lingkungannya lebih kuat, walaupun tampak kemunduran di Mampie dari segi luas hutan bakau, dan terjadinya abrasi pantai Mampie yang terakhir sangat hebat. Mampie bisa menjadi penyangga alam yang kuat untuk daerah bagian barat Polewali dengan dukungan bakaunya yang akan menjadi penghalang arus laut yang dewasa ini cukup merusak. Hanya saja bakau tidak berada di bagian terdepan hingga pantai Mampie mendapatkan kiriman arus yang menjadi penyebab abrasi.
Elemen bakau, penyu, pantai, muara sungai Mampie harus tetap terjaga kelestariannya, dan masyarakat Mampie sebaiknya paham akan pentingnya lingkungan di dusun ini. Namun tampaknya sekilas masyarakat di dusun ini telah terbiasa dengan budaya dan tradisi yang telah ada sebelumnya, berinteraksi dengan alam dan lingkungan, hanya saja ada beberapa orang yang belum mengerti akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Tindakan merusak hutan bakau, menebang hutan bakau secara serampangan, menembaki populasi burung bangau untuk alasan hobi, atau mengambil dan menjual telur penyu sehingga mengganggu perkembangan dan mengancamnya pada gerbang kepunahan. Hal-hal inilah yang akan membuat keseimbangan alam terganggu dan membuat kerusakan yang efeknya akan terjadi di masa depan.
Semoga harapan, berkah (Pammase) tetap meliputi dusun Mampie yang cantik ini, daerah dengan daya dukung alam dan lingkungan yang begitu potensial untuk jadi destinasi wisata berbasis lingkungan.
Leave a Comment