Menyingkap Pesona Wisata Sejarah Dan Budaya Desa Pamboqborang Kab. Majene
Pamboqborang, salah satu desa yang masuk dalam wilayah administrasi kabupaten Majene provinsi Sulawesi Barat, berjarak sekitar 5 km dari kota kabupaten, menyimpan berbagai macam potensi wisata sejarah dan budaya yang belum banyak dikenal oleh orang-orang. Mulai dari potensi wisata sejarah berupa kompleks makam berusia ratusan tahun, wisata budaya kampung pandai besi, dan wisata air terjun.
Letaknya tak jauh dari pusat kota kabupaten, media transportasi lancar dan cukup banyak untuk mencapai daerah Pamboborang.
Wisata Budaya (Sentra pandai besi di kabupaten Majene)
Pamboborang merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Desa ini baru terbentuk pada tahun 2012 setelah resmi memisahkan diri dari kelurahan Totoli Kabupaten Majene. Pamboborang juga terkenal dengan julukan “Kappung Kowiq” (kampung pandai besi) karena sejak zaman dahulu sampai sekarang di kampung ini mayoritas masyarakatnya merupakan pandai besi. Mereka tersebar diseluruh kampung, dan menyusun persentasi hingga 90% warga merupakan pandai besi “pande bassi”. Ketika memasuki wilayah desa ini, maka anda akan disambut dengan gerbang yang berbentuk parang.
Wisata Sejarah (Kompleks Pemakaman Berusia Ratusan Tahun)
Desa pamboqborang memiliki beberapa kompleks makan berusia ratusan tahun yang masuk dalam inventaris balai purbakala Sulawesi Selatan serta mendapat perhatian khusus dari dinas budaya dan pariwisata. Setidaknya ada empat kompleks makam (Kompleks Makam Tosalamaq, Kompleks Makam Imanang, Kompleks Makam Kubang, dan Kompleks Makam Tambulese)
Kompleks Makam Imanang
Letaknya tak jauh dari pusat kota kabupaten, media transportasi lancar dan cukup banyak untuk mencapai daerah Pamboborang.
|
Pamboborang merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Desa ini baru terbentuk pada tahun 2012 setelah resmi memisahkan diri dari kelurahan Totoli Kabupaten Majene. Pamboborang juga terkenal dengan julukan “Kappung Kowiq” (kampung pandai besi) karena sejak zaman dahulu sampai sekarang di kampung ini mayoritas masyarakatnya merupakan pandai besi. Mereka tersebar diseluruh kampung, dan menyusun persentasi hingga 90% warga merupakan pandai besi “pande bassi”. Ketika memasuki wilayah desa ini, maka anda akan disambut dengan gerbang yang berbentuk parang.
Pemandangan Desa Pamboqborang Majene tampak dari atas bukit (Foto : Nasbi) |
Desa pamboqborang memiliki beberapa kompleks makan berusia ratusan tahun yang masuk dalam inventaris balai purbakala Sulawesi Selatan serta mendapat perhatian khusus dari dinas budaya dan pariwisata. Setidaknya ada empat kompleks makam (Kompleks Makam Tosalamaq, Kompleks Makam Imanang, Kompleks Makam Kubang, dan Kompleks Makam Tambulese)
Kompleks Makam Kuno Imanang dan Kubang.
Merupakan pekuburan yang tercatat sebagai pekuburan kuno yang ada di Kabupaten Majene. Dua pekuburan ini berjarak cukup dekat, antara pekuburan Imanang dan Kubang hanya berjarak 250 meter. Jika anda berkunjung ke tempat ini dan menemukan tempat ini sangat bersih, maka jangan heran karena warga desa punya perhatian besar dengan rutin membersihkannya.
Merupakan pekuburan yang tercatat sebagai pekuburan kuno yang ada di Kabupaten Majene. Dua pekuburan ini berjarak cukup dekat, antara pekuburan Imanang dan Kubang hanya berjarak 250 meter. Jika anda berkunjung ke tempat ini dan menemukan tempat ini sangat bersih, maka jangan heran karena warga desa punya perhatian besar dengan rutin membersihkannya.
Kompleks Makam Imanang
Kompleks makam Imanang di desa Pamboqborang kab. Majene (Foto : Nasbi) |
Kondisi kompleks Makam kuno Imanang Desa Pamboqborang (Foto : Nasbi) |
Kompleks Makam Kubang Desa Pamboqborang di kab. Majene (Foto : Nasbi) |
Salah satu makam dalam kompleks makam Kubang Desa Pamboqborang Majene (Foto : Nasbi) |
Makam Tosalamaq I
Makam ini dipercaya sebagai makam ulama yang membawa ajaran
Agama Islam di sekitar Pamboqborang. Makam ini terletak di atas bukit
Pamboqborang, merupakan makam Tosalamaq utama. Pemakaman ini selalu ramai dengan peziarah yang datang dari
desa Pamboqborang dan sekitarnya. Ada tradisi yang unik yang dilakukan
oleh para peziarah yang datang ke kubur “Tosalamaq” ini, yakni: melepas
ayam dengan jumlah banyak, bagi warga atau peziarah yang dapat
menangkap ayam yang dilepas tadi maka ia berhak untuk memiliki ayam
tersebut. Selain itu, tradisi siram air kobokan “pekkonyoang” setelah
acara juga sangat unik, peziarah saling siram satu sama lain sehingga
suasana kekeluargaan pada saat acara sangat terasa.
Makam Tosalamaq 1 Desa Pamboqborang Majene (Foto : Nasbi) |
Makam Tosalamaq utama yang terdapat di puncak bukit desa Pamboqborang (Foto : Nasbi) |
Makam Tosalamaq 2 Desa Pamboqborang yang terletak di tepi bukit (Foto : Nasbi) |
Makam “Tokaiyyang”
Makam Tokaiyyang di Desa Pamboqborang Majene (Foto : Nasbi) |
Makam ini merupakan makam orang yang sangat dituakan di desa ini. "Tokayyang" atau "Toniposo di Sendana" adalah salah satu tokoh yang sangat disegani di masanya, konon ia pernah berperang dengan orang dari Somba selama tiga hari tanpa bantuan (sendiri) dan dia selamat pada perang saat itu.
Wisata Alam ( Bendungan, Air Terjun, dan Mata Air)
Bendungan "Ceqdang" Pamboqborang
Bendungan Ceqdang Pamboqborang Majene (Foto : Nasbi) |
Bendungan Ceqdang Pamboqborang di kab. Majene (Foto : Nasbi) |
Tempat ini merupakan bendungan yang pernah dibangun pada akhir tahun 1970-an. Akan tetapi, bendungan ini hanya dapat bertahan sekitar 10 tahun dan akhirnya jebol. Bendungan "ceqdang" yang jebol sempat membuat warga kampung yang dilalui oleh sungai Salu khawatir. Sampai sekarang reruntuhan bendungan ini masih dapat dilihat dan banyak orang yang menggunakan tempat ini sebagai tempat rekreasi dan spot untuk foto prawedding. Tampak fisik bendungan ini cukup panjang dan masih baik namun karena tidak terawat ia mulai usang dimakan usia.
Air Terjun "Uai Turang" Desa Pamboqborang (Foto : Nasbi) |
Air Terjun Desa Pamboqborang di Kab. Majene (Foto : Nasbi) |
Air terjun ini hanya berjarak 400 meter dari sumber mata air Salu, tempat ini sangat pas dikunjungi pada saat libur tiba. Tempat ini biasanya ramai ketika hari minggu atau hari-hari libur sekolah. Akses ke tempat ini bisa dibilang cukup mudah karena masih berada disekitar wilayah desa. Didekat air terjun ini terdapat lapangan yang sering digunakan oleh anak-anak sekolah untuk kegiatan perkemahan dan Palang Merah Remaja (PMR).
Mata air “Uai Salu”
Mata Air Uai Salu Desa Pamboqborang kab. Majene (Foto : Nasbi) |
Mata Air Uai Salu Desa Pamboqborang di kab Majene (Foto : Nasbi) |
Sejak dahulu warga sekitar desa Pamboborang menggunakan mata air ini sebagai sumber mata air yang dapat diminum, mata air ini tidak pernah kering. Sampai sekarang mata air ini masih digunakan oleh warga sekitar, bukan hanya warga sekitar Pamboqborang yang mengambil air di tempat ini tetapi warga yang berada di luar bahkan yang berasal dari kota Majene juga banyak yang datang mengambil air ditempat ini untuk diminum.
Kondisi kolam Sandang Desa Pamboqborang Majene saat ini (Foto : Nasbi) |
Kolam Sandang Desa Pamboqborang yang tak pernah kering (Foto : Nasbi) |
Kolam ini terletak dilereng bukit pamboqborang, diyakini oleh masyarakat bahwa kolam ini merupakan tempat yang sering dipakai oleh leluhur untuk mengadakan upacara adat seperti memandikan putri dan lain-lain. Kolam ini sejak dahulu tidak pernah kering meskipun musim kemarau berkepanjangan melanda tempat ini. Para peziarah yang mengunjungi kuburan "Tosalamaq" juga sering memanjatkan doa ditempat ini, terdapat kuburan orang yang pertama membuat "Ceqdang" yaitu pada tangga turun kekolam ini. Dahulu kala yang dapat menggunakan kolam ini hanyalah para pembesar “Tokaiyanna Kappung” namun sekarang semua warga dapat menggunakan kolam ini.
Potret potensi desa Pamboqborang kab. Majene di atas sebagai alternatif wisata sejarah, wisata budaya, dan wisata alam menunggu untuk dikunjungi dan diperkenalkan ke dunia luar. Berbagai macam cerminan masyarakat yang masih menjalani tradisi, melanjutkan profesi nenek moyang, dan jejak peradaban yang masih bisa terbaca.
Potret potensi desa Pamboqborang kab. Majene di atas sebagai alternatif wisata sejarah, wisata budaya, dan wisata alam menunggu untuk dikunjungi dan diperkenalkan ke dunia luar. Berbagai macam cerminan masyarakat yang masih menjalani tradisi, melanjutkan profesi nenek moyang, dan jejak peradaban yang masih bisa terbaca.
Penulis :
Nasbi, saat
ini menetap di lingk. Moloku, Kec. Banggae Kab. Majene. Alumnus S1 Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Makassar. Hobi menulis dan bertualang, memiliki minat besar dalam ranah budaya, sejarah, fotografi, dan travelling.
Kontak Saya :
facebook : https://www.facebook.com/abie.huzaimah
kampung halaman ku ini!!!
ReplyDeleteheheheh
pambo'borang
MANTAP INFONYA...BARU TAU NIH PADAHAL AKU LAHIR DI TANAH MANDAR
ReplyDelete@ary : iya, mari bergabung luluareq :D
ReplyDelete@ asrudin : memang banyak potensi wisata budaya dan sejarah yang belum diperkenalkan untuk wilayah Sulawesi Barat
datang juga di blogku luluare'
ReplyDeletemuhammadanshari9.blogspot.com
Mangakua' nasbi....������
ReplyDeleteLuar biasa....
ReplyDeleteMasih kurang bosku kuburan lambe allu tidak dibahas....
ReplyDelete